Meskipun isi blog ini sudah menyimpang dari yang saya inginkan sebelumnya, namun untuk mencapai target One Day One Post (ODOP), saya menjadikan isinya campur aduk.
Dan kali ini saya akan menceritakan beberapa cobaan yang saya hadapi ketika berniat untuk menikah.
Sejarah pertemuan saya dengan istri saya mungkin akan saya ceritakan lain waktu. Tapi kisah ini hanya menceritakan tahapan yang saya lalui menjelang pernikahan saya.
Lima bulan menjelang pernikahan, saya dan istri saya sebenarnya belum cukup saling mengenal. kami tidak berpacaran dan hanya memegang komit saya bahwa saya akan menikahinya pada bulan Maret 2013 (tepat 1 tahun setelah petemuan pertama kami).
Kami bertemu pertama kali pada bulan Maret 2012. Setelahnya kami hanya berkomunikasi pada lewat facebook dan satu bulan kemudian kami bertemu kembali dan dia menanyakan mau dibawa kemana hubungan kami? maka sayapun menjawab...
"Saya belum pernah pacaran sebelumnya dan tidak berniat untuk pacaran. Saya mencari seorang wanita yang bersedia dijadikan istri. Tapi saya tidak bisa menikah tahun ini. Kalau dia bersedia menunggu, saya berjanji akan menikahinya tahun depan."
Saya juga tidak tahu kenapa saya bisa berkata seperti itu, saya memang bukan perencana yang baik, tapi perkataan tersebut keluar begitu saja dari mulut saya. Yang jelas saya sudah berniat bahwa tahun 2013 saya ingin menikah di umur 27 tahun dan saya hanya berdoa kepada Allah SWT agar diberikan jodoh istri yang sholehah.
Mendengar penjelasan saya, istri saya (waktu itu belum jadi istri tentunya) menyambut baik. Saya tidak tahu bagaimana perasaan dia terhadap saya karena kami baru kenal 1 bulan dan tidak banyak interaksi yang kami lakukan. Perasaan saya terhadap dia pun biasa saja. Pengalaman patah hati membuat saya tidak mau mencintai seseorang terlalu dalam, dan untuk mencari istri, saya tidah butuh wanita yang saya cintai. Saya hanya butuh wanita sholehah yang bisa membuat saya jatuh cinta setelah kami menikah dan membina rumah tangga. Saya akui bawa saya pun bukan laki-laki yang baik, tapi saya selalu berusaha menjadi lebih baik. Dan saya yakin bahwa dengan menikah saya bisa menjadi seorang yang lebih baik. Karena saya pernah mendengar dan membaca bahwa seseorang yang belum menikah tidak akan bisa menjalankan seluruh sunah rosul kecuali dia menikah. karena separuh amalan sunah rosul hanya bisa dilakukan setelah menikah.
Meskipun saya bukan seorang laki-laki yang baik, saya kadang membca juga sunah Rosul melalui buku-buku 9 Imam yang saya download diaplikasi bahkan saya berlangganan dan membayar iuran tahuann 120rb/tahun untuk bisa mengakses lebh dalam tentang hal2 yang saya butuh landaan sunahnya. Sya juag mengkoleksi Riyadussholihin, Dan hadis Bukhori-Muslim (yang baru hatam 1x saja). Namun yang saya sesali sampai sekarang, meskipun saya sudah beberapa kali khatam Al quran, saya belum sekalipun menamatkan membaca terjemahan Al Quran. Saya selalu terhenti ditengah jalan dan tidak ingat sudah juz berapa. Akhirnya saya mengulanginya lagi dari awal tahun demi tahun.
Mulai keluar lagi dari inti cerita nih....
Sampai mana tadi? Sampai saya mengutarakan niat saya setelah istri saya menanyakan "mau di bawa kemana hubungan kita" seperti dalam lagu Armada.
Dan rupanya istri saya mau-mau saja. Dan setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. maklum, jarak tempat saya bekerja dan rumahnya berjarak lebih dari 120 km dan membutuhkan waktu perjalanan 3-4 jam.
Karena merasa bahwa dia bukan pacar saya, maka saya pun jarang menghubunginya. Saya hanya menelponnya paling 1 bulan sekali. Sms juga ala kadarnya paling semingg sekali. Itu hanya semata-mata saya lakukan untuk tetap menjalin tali silaturahmi dan saya tidak lari dari janji yang saya utarakan.
Akhirnya pada bulan Oktober (6 bulan setelah pertemuan terakhir), saya berkunjung ke rumahnya lagi. Ini merupakan kunjungan kedua setelah kunjungan pertama yang merupakan pertemuan pertama kami.
Kenapa saya pilih Bulan Oktober? karena itu merupakan bulan kelahiran istri saya. Maka sayapun mengunjunginya sambil memberikan kejutan hadiah ulang tahun, meskipun saya datang setelah ulang tahunnya lewat.
Dan dari situlah Calon ayah mertua saya mewawancarai saya menanyakan seberapa serius saya menjalin hubungan dengan istri saya dan kalau memang serius, kapan saya akan menikahi anaknya. maka seperti bisa, saya tidak banyak berfikir bahwa apabila calon ayah mertua saya merestuai hubungan kami, saya berniat untuk melamar pada Bulan januari dan menikahinya pada bulan Maret.
Pertemuan saya pun hanya berlangsung kurang dari 1 jam di rumah istri saya. Saya yang menempuh perjalanan 3 jam lebih untuk bertemu, akhirnya memutuskan untuk pulang hari itu juga dan menolak tawaran menginap di rumah istri saya saat itu. Karena bagaimanapun juga, kami belum memiliki ikatan keluarga sehingga saya berfikir tidak etis kalau saya meginap di rumah calon istri saya...
To be continued.....
Note: seterinya untuk hari ini dicukupkan sekian karen saya meraa sudah cukup banyak untuk setoan hari ini. Meskipun ujian menjelang pernikahan belum saya alami dalam tulisa di atas. Mungkin besok saya ceritakan lagi biar bikin penasaran.
Saya mau melanjutkan bikin bahan presentasi dan full paper untuk seminar MAPEKI XX di Kuta Bali hari Senin besok.
Waaahh...perjuangan banget ya...mantap ceritanya....Sukses selalu
BalasHapusWaduh jadi malu...
BalasHapusItu baru intro, perjuangan nya masih panjang. Hehehe