Sebelum memulai blog ini, alangkah baiknya kalau saya memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Perkenalkan, nama Saya Opik Taupik Akbar. Saat ini saya bekerja sebagai calon peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) di bawah Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Saya masih calon peneliti karena belum mengikuti diklat peneliti yang biasanya diadakan oleh LIPI. Rencananya baru tahun 2017 saya akan diikutsertakan dalam diklat peneliti supaya saya bisa menjadi peneliti seutuhya. Tanggal 3 Juni 2015 merupakan tanggal dimana saya mulai bekerja di Balai ini. Saya juga masih CPNS karena SK PNS saya belum keluar sampai saat ini. Padahal pengajuannya sudah dilakukan dari bulan Juli 2016 karena saya baru mengikuti diklat prajabatan gol. III pada bulan April-Mei 2016.
Di usia saya yang sudah kepal 3, saat ini, sebenarnya saya cukup terlambat memilih pekerjaan sebagai PNS. Sebelumnya saya bekerja di R&D PT. Arara Abadi, Sinarmas Forestry selama 5,5 tahun (terhitung sejak 16 November 2016) s.d. 1 Juni 2015).
Selama hidup, saya jarang mengikuti test.
Masuk SD, tingal masuk aja.
Masuk SMP cuman mengandalkan nilai UN SD (alhamdulillah nilai UN SD saya cukup bagus sehingga bisa masuk SMP terbaik di kota Tasikmalaya saat itu, yaitu SMP N 2 Tasikmalaya).
Masuk SMA 1 Tasikmalaya juga saya cuman mengandalkan nilai UAN, Namun saya tidak melanjutkan SMA di SMAN 1 Tasikmalaya karen pada hari ke 3 masa orientasi, saya diumumkan mendapat beasiswa sekolah gratis plus di asramakan di SMA N 1 Cisarua, bandung Barat, Yayasan Darmaloka yang merupakan SMA Plus Provinsi Jawa Barat yang dikhususkan bagi siswa berprestasi dari kaum dhuafa. Ya, saya memang berasal dari keluarga dhuafa, Dan saat itu, dari 4 peserta yang ikut seleksi, cuman 3 yang terpilih dari Kota Tasikmalaya. Saya anggap saat itu lagi hoki, karena peserta yang 1 lagi orang tuanya PNS. Sudah pasti tidak termasuk dari keluarga dhuafa.
Masuk kuliah pun saya tidak ikut test karena saya masuk masuk IPB mengikuti jalur USMI (Ujian Saluran Masuk IPB) dimana saya hanya mengandalkan nilai raport SMA saya dari kelas 1 sampai kelas 3. Berhubung yang diterima 6 orang dari SMA saya saat itu, dan saat mengajukan pun saya berada dalam rangking 5 besar.
Masuk kerja, rupanya hanya saya yang mendaftar di PT. Arara Abadi saat itu. Berhubung yang dibutuhkan adalah sarjana Teknologi Hasil Hutan IPB, maka sangat sedikit yang mengetahui informasi lowongan pekerjaan tersebut. Dari 66 mahasiswa THH IPB, pada tahun 2009, saya merupakan laki-laki satu-satunya yang lulus 4 tahun, 12 orang lainnya adalah perempuan. Teman2 perempuan saya sepertinya tidak tertarik untuk bekerja di hutan. Sedangkan 32 mashiswa laki-laki lainnya belum ada yang lulus, mereka baru lulus mulai 2010.
Alhamdulillah selama melaksanakan penelitian saya selalu dilancarkan dan saya mendapat proyek penelitian dari dosen sehingga biaya penelitian saya bisa dikatakan gratis. Kakak kelas sepertinya tidak ada yang tahu info tersebut atau mungkin sudah tahu track record PT. Arara Abadi, yang standar gajinya masih di bawah sawit. Tapi saya memilih pekerjaan tersebut karena masih sejalan dengan jurusan saya, yaitu Teknologi hasil Hutan. Dan buktinya saya bertahan selam 5,5 tahun karena sebenarnya saya cukup kerasan bekerja di sana dengan kondisi lingkungan kerja yang nyaman, maskipun gaji masih kalah jauh dari teman-teman lainnya. Tapi selama saya merasa cukup dan saya tidak pernah mengalami kelaparan, hal tersebut sudah cukup bagi saya. Saya 2 kali ikut test CPNS. Petama tahun 2013, dan kedua tahun 2014 (alhamdulillah lolos setelah 2x mencoba). Tahun 2013 saya tidak lolos karena nilai pengetahuan dasar kewarganegaraan saya tidak masuk passinggrade. Padahal nilai passinggrade tersebut hanya 40%, artinya nilai saya kurang dari 40 untuk pengetahuan dasar kewarganegaraan. Hal tersebut terjadi karena saya kurang persiapan dan tidak belajar. Sungguh memalukan, rupanya saya belum bisa menjadi warga negara yang baik. Padahal nilai kepribadian saya paling tinggi saat itu. Dari 175 nilai maksimum, nilai kepribadian saya 173. Berarti dari kepribadian saya sebenarnya cocok jadi PNS karena saya jujur, berintegritas, dan suka melayani. Namun berhubung PNS juga membutuhkan pegawai yang berilmu pengetahuna, maka saya gugur karena saya sudah lupa pelajaran tentang sejarah Indonesia, UUD 45, dan pengetahuan umum lainnya. Saya ini tipe bukan tipe orang yang hoki kalau diundi. Saya bisa karena saya belajar. Tidak ada istilah saya dapat nilai bagus kalau tidak belajar. Meski soal PG sekalipun, tebakan saya selalu salah. Lagian tahun 2013, tidak ada possisi yang menarik minat saya. Saya ikut test hanya sekedar menyenangkan istri dan mertua saja dan menambah pengetahuan
Tapi tahun 2014, saya mengincar jabatan peneliti pertama di Balai Penelitain Teknologi Serat Tanaman Hutan. Karena jenis pekerjaannya sama dengan yang biasa saya lakukan. Selain itu, peluang untuk kuliah S2 di luar negeri terbuka lebih lebar bagi PNS peneliti. Dan saya melihat itu sebagai peluang. Lokasinya juga dekat dengan rumah mertua yang hanya berjarak 7 km. Jadi saya dan keluarga bisa menumpang di rumah mertua dan istri saya jadi bisa berkumpul dengan orangtuanya yang kebetualan saat itu, kedua mertua saya hanya tinggal berdua, karena anak tertuanya (Kakak Ipar Saya), berdinas di Bunga Raya.
Mengenang masa SD, tidak banyak yang saya ingat. Saya bahkan hanya mempunyai 1 teman SD saja yang masih menjalin tali silaturahmi karena kebetulan kami satu SMP dan satu SMA. Ya iyalah. karena pada dasarnya dia juga teman SMA Saya. kalau dengan teman SMA, saya masih banyak menjalin tali silaturahim meskipun hanya sekedar say hai lewat media sosial.
Kadang saya penasaran, bagaimana kehidupan teman2 SD saya sekarang? Saya cari di FB, sepertinya saya sudah lupa nama lengkap mereka. Parah.....
Saya sekolah SD di sebuah SD Inpes, yaitu di SD Sirnasari, Rancamacan, Desa Karikil, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasimalaya. Namanya SD Inpres (yang dibangun sesuai dengan instruksi Presiden Soeharto untuk mendirikan SD di lokasi2 pelosok), SD Saya itu berjarak lumayan jauh dari rumah saya, dan lokasinya di atas bukit, jauh dari kampung sekitar, WC nya jorok, dan katanya sih angker. Untunnya saya bukan orang yang sensitif terhadap makhluk halus. Biasanya membutuhkan waktu 20-30 menit kalau berjalan kaki. Ada juga jalan pintasnya, tapi harus melewati hutan. Daripada membahayakan keselamatan saya, saya lebih memilih lewat jalan biasa saja. Karena konon katanya, jalan pintas yang lewat hutan tersebut sangat angker dan ada anjing. Di Tasikmalaya, keberadaan anjing itu sangat jarang. Kalaupun ada, pasti dikandangin dan tidak dibiarkan berkeliaran bebas. Karena anjing yang berkeliaran, sudah pasti akan dibantai masyarakat (katanya). yang jelas populasi anjing di Jawa Barat tidak sebanyak di Riau.
Karena letaknya yang sangat jauh, dan waktu saya kecil saya terkena cacar yang lumayan parah, akhirnya saya baru bisa masuk SD pada umur 7.5 tahun. Tapi rupanya saya bukan yg paling tua saat itu di kelas, karena banyak juga teman2 yang berumur 8 tahun baru masuk SD. Namanya juga SD di kampung, jauh dari mana-mana. Namun bedanya, saat masuk SD saya sudah hapal perkalian 1 sampai 10, sudah lancar membca dan menulis, namun tetap saja tidak bisa rangking 1. Katanya sih yg renking 1, kelas 1 SD nya 2 tahun dan seorang perempuan. Namanya perempuan, biasanya lebih rajin. Jadi saya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Lagian yang rangking 1 berasal dari keluarga terpelajar jadi ya maklum aja orang tuanya pintar, anaknya juga pintar. Namun rupanya kepintaran saya baru diperhatikan di kelas 2.
Saya sangat menikmati masa SD, ada saatnya saya menikmati saat-saat sedang sendiri. Saya kurang pandai berolahraga jadinya kalau teman2 pada main bola, saya lebih suka berjemur di atas batu besar sambil memejamkan mata. Saya lebih suka kalau baju sekolah saya dalam keadaan rapi dan bersih daripada kotor akibat main bola. Tapi kalau sudah pulang ke rumah, saya bisa bebas main-main dari sore sampai magrib. (Kalau siang sampai ashar kan sekolah agama, kalau sekarang mungkin namanya sekolah MDA).
Waktu SD saya pernah mengikuti lomba murid telada. Di SD, sudah pasti saya yang mewakili, ternyata di rayon alhamdulillah saya juara 1 juga, namun tingkat kecamatan saya tidak masuk 3 besar. Malahan yang juara 2 di rayon, masuk 3 besar. Jadi hapus sudah mengikuti lomba sampai tingkat kabupaten. Namun ternyata, para juara lomba tersebut, akhirnya bertemu lagi saat SMP. Dan di SMP, ternyata prestasi saya tidak kalah dengan yang mantan juara murid teladan.
Ketika yang lain merasa H2C (harap-harap cemas) menghadapi ujian, saya malah H2C takut nilai saya lebih rendah daripada teman yang lain. Dan terbukti nilai saya hanya juara tertingga ke-2 di SD Saya. padahal yang nilainya tertinggi prestasinya di kelas masih di bawah saya. Mungkin saya terlalu meremehkan atau dia yangg belajar lebih giat dari saya. Atau dia lebih hoki menebak soal2 PG. Saya sih tidak terlalu mempermasalahkannya karena nilai saya cukup untuk masuk SMP N 2 Tasikmalaya, yang saat itu merupakan SMP terbaik di Kota tasikmalaya yang dapat dibuktikan dari prestasi2 yang sudah dicapai dan pasinggrade nilai UN tertinggi di Kota tasikmalaya.
Saya memlih sekolah di SMP 2 Tasikmalaya meskipun jauh letaknya dari rumah saya. butuh watu 10-15 menit berjalan kaki dan 20-30 menit dengan angkot merah 04. Karena kalo sekolah di sana, serasa lebih gengsi dan lebh eksklusif. Selain itu, peluang masuk SMA 1 Tasikmalaya (terbaik saat itu di tasikmalaya) menjadi lebih mudah dan saya bisa kuliah dimanapun yang saya inginkan. Saat kecil, saya rupanya terlalu naif, saya tidak sadar dengan kondisi keluarga saya yang serba kekurangan. Seandainya saya sekolah di SMP N 14 yang letaknya lebih dekat, saya bisa saja dai juara umum disana. Tapi berada di puncak itu, bebannya terlalu berat. Dan ketika ada yang mengalahkan, terasa kurang menyenangkan. Oleh karena itu, saya lebih meilih jadi yang terburuk diantara yang terbaik daripada yang tidak jadi yang terbaik diantara yang terburuk. Selain itu, saya lebih suka berada di atas rata-rata daripada di posisi puncak.
Saat awal-awal SMP, saya kurang PD belajar dengan orang-orang pintar. Saya membutuhkan waktu 1 caturwulan untuk menyesuaiakan diri. Nilai saya juga kurang memuaskan. namun saat caturwulan ke-2, saya bisa melihat siapa saja yang prestasinya di atas saya dan di bawah saya. Jadi saya membaca peluang dan mentargetkan masuk 5 besar. Alhamdulillah saya bisa masuk 5 besar dan saat kelas 2 saya masuk kelas unggulan. Jadi saat itu, di SMP sedang dilakukan percobaan dengan mengelompokan anak2 dengan prstasi terbaik dikumpulkan dalam 3 kelas unggulan, sedangkan 7 kelas lainnya dicampur anak2 yang prestasinya biasa-biasa saja. Namun sepertinya kelas unggulan hanya berlangsung 1 tahun saja karena meski terbukti dapat mengingkatakan prestasi anak2 kelas unggulan, kelas2 non unggulan prestasinya malah menurun.
Saat SMA, saya tidak pernah rangking 1, namun setidaknya selalu masuk 5 besar di kelas. Saat SMA, banyak anak yang cerdas. Sekeras apapun saya belajar lebih giat, pada akhirnya sangat sulit mengalahkan orang2 genius tersebut. Jadinya, saya belajar ala kadarnya saya, yang penting di atas rata-rata. Namun pada akhirnya prestasi saya malah stagnan dan teman-teman yang belajar lebih rajin bisa mengalahkan rangking saya. tapi dengan sedikit lebih giat, saya bisa mengejar prestasi dari orang-orang yang saya anggap bisa saya kalahkan.
Saat kuliah merupakan saat-saat paling berat namun paling menyenangkan bagi saya. Masa terberat saya alami pada 3 semester pertama. Selanjutnya cukup menyenangkan. Saat semester 1 dan 2, saya hanya fokus belajar tanpa main-main. Karena main-main kan butuh biaya, sedangkan saya harus bisa hidup dengan Rp 150.000 - Rp 200.000/bulan tahun 2005-2006. makan pun hanya bisa dua kali sehari dengan satu jenis lauk yang minimalis (kalo ga sayur, ya tahu tempe). kalo pengen makan daging, berarti makannya cuman 1 kali saja hari itu. Sebenarnya saat itu, banyak juga yang berjualan di Asrama TPB. Ada yang jualan molen, pulsa, dll. Tapi, saya berfikir saat itu, saya belum saatnya mencari uang. Tugas mahasiswa hanya belajar saja. Lagian kalo bekerja part time, sangat sulit di cari kalau di daerah Bogor. Mengajar les, saya belum ada pengalaman dan biasanya lokasi anak2 nya jauh dari kampus, pasti butuh ongkos dan saya juga tidak punya banyak kenalan saat itu. Lagian, yang jualan molen katanya lebih banyak merugi daripada untungnya karena banyak mahasiswa yang mungkin lupa membayar setelah mengambil molen yang diletakan di lorong-loranong asrama tersebut.
Semester 1 dan 2, belum ada beasiswa bagi mahasiswa (atau saya aja yang kurang info?) Jadi saya cuman bisa mengandalkan uang bulanan dari orang tua saya saja. Pokonya, saat itu saya merasa sebagai mahasiswa termiskin di kelas yang kadang membuat saya minder. Tapi meskipun saya rajin belajar, pada akhirnya IP saya hanya 3.25 saja dan biologi saya mendapatkan nilai C. Jadinya hapus sudah cita-cita saya mendapatkan IPK Cum Laude.
Tahun ke-2 saya sudah masuk jurusan. Saya memilih Teknologi Hasil Hutan karena saya suka dengan ilmu yang berbau teknologi. Pasti akan lebih banyak berfikir daripada sekedar menghapal. Hapalan saya sangat buruk yang menyebabkan nilai-nilai mata kuliah yang ujiannya berupa hapalan mendapat nilai rendah. Alahamdulillah setelah tahun ke-2, beasiswa mulai berdatangan sehingga saya tidak perlu kelaparan seperti tahun pertama. Saya juga jadi komti di jurusan saya (semacam ketua kelasnya). Jadi saya bisa dapat objekan fotocopy sehingga saya bisa mendapatkan fotocopian gratis dari buku atau bahan kuliah syang saya fotokopikan buat teman-teman satu kelas.
Saya juga masuk Asrama Sylvasari, sehingga dapat megurangi biaya kos-kosan karena tinggal diasrama Sylvasari pada dasarnya adalah gratis yang penting lolos seleksi masuk, lolos tahap percobaan dan mentaati aturan yang berlaku.
Perkenalannya jadi panjang ya? Serasa lagi curhat saja. Tapi ga apa-apalah, toh, ga ada yang baca juga.
Jadi kenapa saya menulis blog ini? Sebenarnya ini merupakan sarana latihan bagi saya untuk menulis. Sebagai seorang peneliti, saya dituntuk untuk menerbitkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) maupun tulisa-tulisan lainnya.
Saat ini, saya tidak punya proyek penelitian jadi tidak ada tulisan yang bisa saya buat untuk KTI yang berasal dari data primer. Di Lain sisi, saya suka membca dan mempunyai ketertarikan pada beberapa hal. Informasi yan saya baca biasanya saya rangkum. Namun saya fikir alangkah baiknya kalau rangkuman tersebut saya bagikan di sini agar informasi yang saya peroleh bisa dinikmati oleh orang lain. itupun kalau orang lain membaca tulisan saya disini.
tapi setidaknya saya dapat melatih kemampuan saya dalam menulis. Kata orang pracatice make perfect. So, here I am.
Mater yang ingin saya sampaika nantinya seputar informasi dan kegiatan penelitian yang dilakukan di BP2TSTH selain itu mungkin saya akan memposting-hal2 yang saya sukai juga meskipun tidak ada sangkut pautnya dengan tupoksi BP2TSTH atauun tupoksi saya sebagai Peneliti.
Sebagai calon peneliti, puncak karir saya adalah sebagai Profesor Riset. Namun untuk mencapai itu, saya harus masuk dalam fokus penelitain yang lebih spesifik. Sekarang ini saya masih belum tau apa yang akan saya teliti di masa depan. banyak dilema yang saya alami. Namun saya sudah memiliki banyak option dalam hidup saya.
1. Madu. Saya punya concern dalam penelitian produk madu dan diversifikasi produk hasil lebah karena hal tersebut juga menjadi salah satu tupoksi BP2TSTH sebagai balai penelitian madu. Disini saya melihat peluang yang masih terbuka lebar karena peneliti madu di Indonesia sebagian besar berada di bidang farmasi, kedokteran dan kimia. Sedangkan peneliti kehutanan lebih fokus ke lebah dan sosial ekonominya. jadi apabila saya berada ditengah-tengah peluang sebagai peneliti madu masih terbuka lebar. tapi saya jadi bingung mau kuliah S2 di mana?
2. Rayon. Sesuai Tupoksi BP2TSTH yang meneliti teknologi serat tanaman hutan, maka di sini sudah ada peneliti pulp, peneliti papan serat, dan peneliti bambu. Kalau ingin mempelajari rayon, maka saya bisa kuliah S2 master of science in Textile Chemistry di North Caroline State University. tapi masalahnya adalah, teknologi pembuatan rayon belum ada di BP2TSTH. jadi kalau saya sudah selesai kulaih, saya melakukan penelitian dimana?
3. papan partikel. Kalau saya memilih penelitain papan partikel, saya bisa kulaih di oregon State University. Dan alat untuk membuat papan serat sudah ada di BP2TSTH. Namun saat ini sudah ada Doktor yang akan meneliti di bidang itu. Namun belaiu S1 dan S2 nya silvikultur dan hanya S3 nya yang mengambil teknologi hasil hutan. Kalau saya juga ikut-ikutan, maka saya sebenarnya bepeluang untuk bisa lebih ahli dari beliau karena saya S1 sudah teknologi hasil hutan, S2 dan S3 mau mengambil Master of Science in Wood Science and Engineering di Oregon State University. So, peluang saya untuk jadi Profesor Riset sepertinya lebih terbuka. Namun saya tidak suka bersaing.
Tapi sepertinya jadi peneliti tidak pelu membatasi diri mau meneliti di bidang apa. oleh karena itu, saya mutuskan akan melakukan penelitian di setiap lini yang bisa saya masuki.
Sekian dulu untuk saat ini